Mungkin itu caramu aku juga tak tahu. Tepatnya tidak paham. Tiba-tiba kamu menghilang tanpa kabar. Bertemupun hanya menyapa seperlunya. Beda. Kamu benar-benar beda. Sekuat hati aku berusaha selalu berpikir positif. Mungkin kamu sibuk, mungkin kamu sedang di jalan , mungkin pulsamu habis, mungkin sedang menghadiri acara, dan mungkin-mungkin yang lain yang pastinya positif.
Kadang aku bertanya, kemana dirimu yang dulu? Dirimu yang dulu selalu menyapaku disetiap aku membuka mata, dirimu yang selalu mengingatkanku makan, dirimu yang selalu menggangu dengan hal-hal yang tidak penting. Aku rindu itu. Meski sepele aku menyukainya.
5 September 2011 di Pantai Bandengan Jepara. Kamu ungkapkan semuanya. Hal yang sebelumnya tidak pernah aku duga. Walaupun kau ungkapkan dengan gaya narasi namun aku hargai keberanianmu. Sehingga aku berani mengiyakan tawaranmu.
Jujur, ragu sempat hinggap, jadi saat itu aku banyak diam. Diam bukan karena aku tak peduli atau bagaimana namun aku diam karena aku berpikir apa yang harus aku katakan. Dengan hal-hal yang dulu pernah terjadi diantara kita. Aku berpikir. Benar-benar berpikir dan menyakinkan diri sendiri apakah akan memberikan jawaban yang kau harapkan atau sebaliknya. Apakah kau sungguh-sungguh atau seperti yang dulu. Apakah kau yakin atau hanya sekadar main-main.
Dan akhirnya “iya”. Kata-kata itu yang keluar dari mulutku.
Iya dengan alasan memang pada dasarnya ada perasaan yang sama terhadap kamu.
…. ..
Belum lama sejak itu, kamu berubah…..
Untuk saat ini aku masih bisa bertahan dengan pikiran positif yang aku bangun, namun aku tidak menjamin besok, lusa atau minggu depan bangunan itu masih bisa berdiri atau malah runtuh dan akhirnya aku menyerah……
Kamis, 15 September 2011
12:16 pm
@Guslat
Kadang aku bertanya, kemana dirimu yang dulu? Dirimu yang dulu selalu menyapaku disetiap aku membuka mata, dirimu yang selalu mengingatkanku makan, dirimu yang selalu menggangu dengan hal-hal yang tidak penting. Aku rindu itu. Meski sepele aku menyukainya.
5 September 2011 di Pantai Bandengan Jepara. Kamu ungkapkan semuanya. Hal yang sebelumnya tidak pernah aku duga. Walaupun kau ungkapkan dengan gaya narasi namun aku hargai keberanianmu. Sehingga aku berani mengiyakan tawaranmu.
Jujur, ragu sempat hinggap, jadi saat itu aku banyak diam. Diam bukan karena aku tak peduli atau bagaimana namun aku diam karena aku berpikir apa yang harus aku katakan. Dengan hal-hal yang dulu pernah terjadi diantara kita. Aku berpikir. Benar-benar berpikir dan menyakinkan diri sendiri apakah akan memberikan jawaban yang kau harapkan atau sebaliknya. Apakah kau sungguh-sungguh atau seperti yang dulu. Apakah kau yakin atau hanya sekadar main-main.
Dan akhirnya “iya”. Kata-kata itu yang keluar dari mulutku.
Iya dengan alasan memang pada dasarnya ada perasaan yang sama terhadap kamu.
…. ..
Belum lama sejak itu, kamu berubah…..
Untuk saat ini aku masih bisa bertahan dengan pikiran positif yang aku bangun, namun aku tidak menjamin besok, lusa atau minggu depan bangunan itu masih bisa berdiri atau malah runtuh dan akhirnya aku menyerah……
Kamis, 15 September 2011
12:16 pm
@Guslat