Jika Fatin “Memilih Setia”, aku “Memilih Diam”. Diam dan
selalu berharap, ya habis aku cewek sie. Hehehe, emang sie sekarang udah jaman
emansipasi wanita tapi untuk hal ini menurutku tetap harus cowok dulu. Hehehe.
Dari awal aku udah bertekad untuk tidak merasa ge-er dengan
perhatianmu. Aku anggap semua biasa aja, ya tidak lebih dari sekadar perhatian
antar teman saja. Aku berusaha untuk tidak menduga-duga apa yang kamu rasakan
kepadaku, meskipun memang pada kenyataan aku tidak tahu apa yang kamu rasakan. Hehehe.
Sebenarnya aku bingung apa tujuan dari tulisanku ini.
Menceritakan tentang kegalauan yang tak berunjungkah? Hehehe, kayane iya deh.
Udah berapa tahun ya kita kenal? Setahun? Dua tahunan
mungkin lebih tepatnya. Di sebuah kegiatan kita bertemu, dan kemudian berlanjut di
kegiatan-kegiatan lainnya. Tak aku sangka teman baikku juga ternyata teman
baikmu juga. Wajar kali ya kalo kita smsan, namanya juga teman. Tapi aku merasa ada
sebuah ketidakwajaran ketika kamu menyisipkan kata ganti kepemilikan setelah
kata sapaan akrabmu terhadapku, ditambah ada kata “sayang” pula. Dengan memperhatikan
konteks yang ada aku memakluminya dan mengartikan hanya sebuah bercandaan
ringan antar teman. Jujur saat itu aku sudah mulau ge-er, tapi sekuat tenaga
aku netralisir itu semua. Hehehehe pake air kelapa.
Lalu, kunjunganmu? Aku harus mengartikan apa? Hummmm,
sebenarnya nggak ada yang istimewa, yah kunjungan biasa antar teman lah, di
tempat PPL, tempat KKN, rumah, nemenin di rumah sakit, dan nganterin pulang
meski pake motor sendiri-sendiri. Wajar kan? Yah wajar menurutku, tapi tidak
wajar bagi teman-temanku, mereka seakan menjerumuskanku dalam jurang kege-eran,
erat sekali ku pegangan suaya tak terjatuh.
Wajarkan main ke tempat PPL kan
udah janjian mau maem mie ayam bareng, toh habis itu langsung pulang
masing-masing. Untuk menuju tempat PPL-ku kan juga nggak jauh-jauh amat kan, Tembalang-Indra Prasta masih kehitung deket lah, kan sama-sama di Semarang. Jadi Wajar kalau main kesitu. Lalu tempat KKN, Wajarlah maen ke tempat KKN, kan tempatnya dilewati pas kamu kebetulan mau pulang ke rumah, meskipun
untuk masuk ke desanya lumayan jauh, ya biasalah bagi seorang bickers seperti kamu pasti itu nggak jauh, jadi wajar kalo mampir. Maen ke rumah ya wajarlah namanya juga
teman, saling mengunjungi kan nggak apa-apa, dan nemenin di rumah sakit? Wajar bangetkan,
temen sakit ya dijenguk, ditemenin, diajak ngobrol. See, semua masih dalam tahap kewajaran bukan? Jadi please,
jangan jadikan aku ge-er.
Ketika masa-masa akhir studi, aku disibukkan dengan skripsi.
Tau kan bagaimana perjuangannya menulis sebuah skripsi? Mengajukan judul,
mencari teori, bimbingan dengan dosen, menunggu dosen, begadang sampai malam,
dan hal-hal lain yang menjemukan. Aku bersyukur ada kamu, selalu memberi
semangat, selalu memotivasi, mengingatkan untuk beristirahat, dan lain-lain lah
sampai pada akhirnya aku lulus. Masih wajarkan kalo seperti itu? Just a friend,
wajarkan seperti itu?
Oh, Tuhan.... iya, iya sekarang aku merasakan hal yang
berbeda. Baik kita sama-sama dewasa, rasanya hal seperti ini bukan hal yang
aneh. Ada sesuatu yang aku rasakan terhadapmu, meski aku tahu akan sulit untuk
menjalaninya. Aku tak peduli kamu tahu atau tidak, yang jelas aku sudah cukup
lega ketika aku luapkan semua itu dalam tulisan ini. Aku bukan seseorang yang
pemberani untuk menyatakan semua langsung, masih ada ketakutan barangkali akan
merusak persahabatan selama ini. Ya sudah lah melalui tulisan ini aku
sampaikan, aku sayang sama kamu. Hehehe, (sok, sok an kaya ABG) sudah lah,
ekspektasiku tidak terlalu tinggi untuk hal ini. Ya, jalani sajalah. Hehehehe....
Maaf, ya.... semoga ini tak mengubah apapun yang sudah
terjalin diantara kita. Tetep sahabatan ya meskipun kamu udah baca ini.
Ya, karena aku cewek beginilah aku menyatakannya.