Pengalaman-pengalaman yang aku
alami tiap harinya pada dasarnya sama seperti dengan orang kebanyakan. Diawali
dengan bangun pagi, mandi, siap-siap kekantor, kerja, pulang, istirahat, nonton
TV sampai akhirnya tidur. Begitu tiap harinya.
Nah, kan sama. Terus ngapain kamu
masih baca blog ini?
PLAAAKKK!!!
Aduhhhh!!! Iya iya, becanda aku
Cuma becanda. Makasih banget ya yang udah baca. Yuk lanjut…
Emang sih hal-hal yang aku alami
kurang lebih sama seperti yang dialami orang kebanyakan. Tapi bedanya aku
tuangkan semua itu pada blog. Hal yang nggak semua orang lakuin. Kamu pengen
tahu seberapa biasanya hari-hariku.
Let’s check it out!!!
|
Foto aja masih Alay, mau jadi Wakil Kepala Sekolah |
To day….(sok-sokan pake bahasa Inggris) aku awali dengan bangun
tidur, mandi, sarapan, terus ke kantor deh. Kantorku adalah sekolahan, jadi
sedikit informasi nih bagi kamu yang belum tahu profesiku, aku adalah guru
Bahasa Jawa di salah satu SMP dekat dengan rumah. Selain itu aku juga dipercaya
untuk menjadi wali kelas. Iya wali kelas. Entah dasarnya apa sehingga ibu kepala
memasrahkan 16 siswa tak berdosa kepadaku, yang notabene belum punya pengalaman
apa-apa. Secara, ini adalah tahun pertama aku mengajar. Tapi tenang, nggak
sampai kok kalo aku menjerumuskan mereka ke jurang. Soalnya nggak ada jurang di
sekitar sekolahan.
Minggu ini adalah awal semester
baru. Setelah kemarin liburan saatlah kini kembali ke kehidupan nyata (emang
kemarin nggak nyata) maksudnya kerutinitas sehari-hari. Awal masuk banyak yang
berbeda dari siswa-siswiku. Muka merah cerah dan sumringah. Mungkin karena
sudah terlalu kangen dengan wali kelasnya kali ya, jadi pengen ngejorokin dari
lantai dua. Haha, enggak… ya, namanya juga habis liburan ya mereka senenglah,
kecuali yang nggak pulang dari pondok. Selama dua minggu tetap di pondok, setor
hapalan, belajar agama dan paling ya main comberan. Yang terakhir hanya fiktif.
Pertama kali pelajaran, bakal
nggak bijak kalau langsung menyampaikan materi. Cukup dengan cerita-cerita
pengalaman pas liburan aja. Ada yang cerita main ke pantai nonton konser. Keren
nie anak, biasanya ngaji mulu pas liburan nontonnya konser, music metal pula.
TOPlah. Saking antusiasnya konser mulai jam 8 malam dia udah stanbay di pinggir
panggung jam 2 siang. Heh tong! Elu mau ngapain? Buka lapak asesoris? Hahahaha,
salah satu pengalaman liburan yang fantastis.
Ada lagi nih, menghabiskan masa
libur dengan menjelajah alam liar (baca:kali belakang rumah). Bersama
teman-temannya Tomi (muridku bukan nama sebenarnya) memustuskan untuk
mengadakan kegiatan susur sungai. Tujuannya untuk mencari tantangan sekaligus
mencari ikan. Mata dipasang mode awas dengan tingkat kesensitivan tinggi atas
pergerakan. Ada pergerakan sedikit dia langsung tahu, apakah itu ikan atau yang
lainnya. Beberapa menit mengamati, ternyata sensor menangkap ada sebuah
pergerakan. Agak lambat sih, nggak seperti ikan pada umumnya. Bentuknya agak
besar. Wah, ini pasti ikan lele yang kekenyangan. Pelan-pelan dia mendekati.
Pelaaaannnnn sekali, sampai ketika sudah dekat Haaap!!!! Tertangkaplah sebuah
“Celana Dalam Bekas” entah milik siapa.
Aku curiga sensor yang ada di
mata mereka sedang rusak. Membedakan ikan dan segumpal celana dalam aja nggak
bisa. Hemmmmmm.
Waktu berlalu dan jam pelajaran
usai. Ok I have finish.
Lanjut Rapat Dewan Guru.
Sementara siswanya ditinggal dulu ya, biarlah mereka berfantasi dengan
khayalannya lagi. Sebagai Guru yang masih belia, di dalam rapat tidak banyak
yang aku lakukan. Mendengarkan kalau ada yang bicara, ikut tertawa kalau semua
pada tertawa, menjawab “Siap” jika ditugaskan sesuatu. Termasuk ketika ditugaskan
menjadi Wakil Kepala Sekolah urusan Kurikulum.
Hah!!! Waka Kurikulum?
Bentar-bentar nggak seharusnya nih aku bilang siap. Selama enam bulan terakhir
menjadi wali kelas saja anak-anak banyak yang terlantar, nggak karuan kena
cacar, busung lapar, ada yang congekan daaaannnnnnn yang paling parah nyemplung
comberan. Lalu sekarang harus bertanggung jawab dengan system pendidikan
mereka. Oh, Tuhan demi apapun aku nggak mau menjerumuskan mereka lebih dalam.
Yang nggak habis pikir, kok ya
bisa-bisanya ibu Kepala Sekolah memasrahkan posisi yang begitu pentingnya
kepada aku. Jelas pilihan yang salah sih. Mudeng kurikulum aja belum, tahu cara
bikin jadwal aja nggak, bahkan untuk ngajar biar keliatan keren di depan murid,
semalaman aku latihan. Kalau gini pengen langsung terjun ke lantai satu dan
ngibrit ke rumah, masuk kamar, selimutan dan bobok siang.
PLAAAKKK!!!
Nggak ding, Cuma menghela nafas
dan meyakinkan diri aku pasti bisa mengemban tugas penting ini. Demi
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta membangun masyarakat, menepati
Dasa Darma. Lhoh!
Nah, itu kan di sekolah. Udah deh
sejenak kita lupakan persoalan di sekolah. Sekarang di rumah.
Entah dari mana inspirasinya aku
pengen banget masak sesuatu. Pilihan masakan jatuh pada Fuyunghai sebuah
makanan China (katanya) yang bentuk aslinya saja aku belum pernah merasakan.
Terus untuk tahu itu rasanya udah bener atau nggak dari mana coba? What
ever lah itu dipikirkan nanti lagi.
Dengan semangat coba-coba yang
sangat tinggi aku lancarkan rencana untuk memasak Fuyunghai. Resep aku cari di
internet. Ada banyak versi di sana, aku pilih yang paling simpiel dan bahan
yang paling mudah aku dapat. Fiks dengan resepnya mulai mengumpulkan
bahan-bahan. Mulai dari telur, tepung, kol, daging kornet, saus, kecoa, nyamuk,
dan…. Hahaha itu bukan termasuk.
Langkah demi langkah aku ikuti.
Ternyata nggak terlalu rumit. Aku rasa ini bakalan menjadi masakan paling enak
sepanjang bulu hidung yang baru dicukur. Prose mask masih berlangsung, perlu
perjuangan sangat keras karena ternyata minyak nggakbelum baikan sama air, jadi
pas lagi menggoreng adonan cipratan-cipratannya luar biasa seperti kembang api
yang salah meledak. Heboh banget. Semakin yakin kalo masakan ini rasanya tak
akan mengecewakan.
Setelah setengah jam, aktivitas
menggoreng dan membuat saus selesai. Aku menata hasil gorengan di atas piring
lalu aku siram dengan sausnya. Jadilah Fuyunghai alakadarnya. Hemmmmm,
sepertinya enak. Sekali lagi masih sepertinya. Jadi belum dipastikan nih
beneran enak atau hanya sebatas mitos saja.
|
Fuyunghai bikin fuyeng nih |
Saatnya yang paling menegangkan.
Mencicipi. Suapan pertama ada yang aneh, tapi aku tetap menguyah dan berhasil
menelannya. Suapan kedua, tetap berasa aneh aku nggak menghiraukan masih
mengunyah dengan anggunnya. Kunyah, kunyah, kunyah sampai pada akhirnya….
Hooooeeeekkkk!!!! Hoooooeeekkkk!!! Aku muntah.
Sepertinya nggak usah
diperpanjang lagi kamu paling udah tau. Iya masakannku nggak enak. Sama sekali
nggak enak. Jadi mual bahkan sampai muntah. Apa tadi yang aku masukin ke
bahan-bahannya sampai seperti ini?
Satu hal yang membuat aku semakin
yakin bahwa masakanku itu nggak enak adalah, saat kucing ikut-ikutan nggak mau
makan. Oh, Tuhan!!! Seberapa nggak enaknya sih masakanku sampai kucing aja
nggak doyan. Aku shock, depresi, nggak kuat dannnnn mau bobok aja.
Udah ah, dari pada sebel-sebel aku
bobok aja…. Selamat malam ^_^