Calon Penulis dan Penulis

“….nanti pulang dari sini kalo Nikken nulis pasti tulisannya jelek, gue jamin itu. Lalu kapan tulisannya bakal bagus? Kalau dia mau memperbaiki yang kurang bagus, mengedit yang kurang sesuai sehingga menjadi tulisan yang bagus….-RD”

Semangat Berani

"Lebih baik salah dari pada selamanya tidak tahu salah atau benar" -Jomblo

My Inpiration

"Imagine all the wonderful things that will never happen if you do not do them" -Up

Nikken Derek Saputri dan Derek Samtidar

"Akhir sebuah perjalanan merupakan awal dari perjalanan baru" -Wisuda Unnes Periode II tahun 2013

Bersama berbagi tawa canda

"Sahabat adalah keluarga yang kita pilih sendiri"

Rabu, 23 November 2011

Ke Ambarawa bareng Septi



Baru terasa pagi ini, badan pegel-pegel semua. Setelah kemarin bersama temanku Septi menempuh perjalanan panjang nan menantang. Dalam rangka memenuhi tugas kuliah, kami harus menuju ke sebuah sekolah yang tempatnya tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kami hanya tahu daerah Banyu Biru Ambarawa.
Perjalanan berawal dari jam 11 siang. Belajar dari kesalahan kemarin saat observasi di Demak, kali ini kami berpakaian khas mahasiswa PPL. Berdua kami berboncengan di atas motor Mio. Langit memang tak begitu cerah, dan apa yang kami khawatirkan terjadi. Hujan. Terpaksa kami berteduh di depan Alfa Mart. Setengah jam kemudian hujan mereda, meninggalkan setitik gerimis nan indah. Kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Berlomba dengan mobil-mobil dan truk-truk besar di pantura kami menerobos gerimis. Baru 5 menit kami berjalan titik air gerimis menjadi besar dan semakin besar. Hujan lagi. Di depan sebuah toko kelontong kuning kami berteduh. Hemmmm, derita karena tak membawa jas hujan.
Setelah dipastikan benar-benar  reda, kami melanjutkan perjalanan. Di beri petunjuk oleh Mas Jito -orang yang ingin kami temui- melewati jalan alternative yang sebetulnya sedikit membuat kami bingung. Bertanya di setiap jalan memastikan kami tidak kesasar.
Awalnya jalan yang kami lalui jalan raya biasa yang masih ramai dengan pemukiman dan orang lalu lalang. Sampai pada akhirnya kami masuk sebuah desa Wanakrama –kalo tidak salah namanya itu- jalan menanjak dan rusak itulah yang kami lalui. Permulaannya memang masih banyak rumah-rumah warga namun semakin ke atas semakin jarang rumah dan sepi dari lalu lalang warga. Ditambah dengan hujan dan kabut yang turun secara perlahan membatasi jangkauanpandangan kami.
Sampai dipersimpangan, tanpa orang dan jauh dari pemukiman, kami bingung harus ke kiri atau ke kakan. Untungnya ada orang yang tujuannya hamper sama yang menunjukkan jalan menuju SMP 3 Wonokromo. Kami kira sudah dekat, ternyata masih lumayan jauh. Jalan berliku, menanjak dan rusak embuat Septi hampir menangis. Aku yang di belakangnya hanya bisa memberi semangat. “Ayo Septi, kamu bisa!!!”
Pukul 13.00 kami sampai tujuan, tangis haru meluber dari mata Septi. Tak kuasa membendung perasaan bahagia sampai juga di tujuan. Horeee!!!!!! Sampai juga….
Alhamudlillah…

Senin, 21 November 2011

Pembelajaran di H-16

 akhirnya aku tahu,..
mungkin memang aku yang terlalu pede, aku yang terlalu yakin dan aku yang terlalu menganggap mudah semua hal. akhirnya sekarang akulah yang menanggung resikonya. sepertinya tak hanya itu saja. goresan tinta hitampun sekarang tergambar jelas dimukaku.

aku malu...
benar-benar malu, entah apa yang akan aku lakukan jika kelak aku membutuhkannya lagi. masih punya nyalikah diriku untuk datang kembali ke sana.
bodohnya aku...
benar-benar bodoh, kenapa tidak melalui jalur yang benar. padahal sudah dikemukakan di awal, "seperti ini lho nok, jalurnya" kenapa tetap saja kuterabas?

kini akupun tahu...
sungguh-sungguh tahu, seberapa pentingnya membalas sms dari siapapun. lebih, lebih sms dari orang yang bantuannya sangat kita butuhkan. 
lalu, bagaimana? nasi telah menjadi bubur dan sayangnya buburnya tidak terlalu enak. mungkin tangisan yang keluar dari mataku tak akan mampu menghapus coretan hitam diwajahku.

do'aku, semoga ini tidak memutus silaturahmi diantara kami. . .


Rabu, 16 November 2011

belajar menulis aksara jawa



?anJjlN|lisjwanai=[bLog\.

?a=glgibuzhati[n.

?[spTilgibizu=.

?finaikiaxpSemin/.

Berisik

Sebenarnya ada nggak sie aturan dari universitas yang mengatur tidak memperbolehkan bunyi-bunyian keras pada jam-jam kuliah? jujur aku merasa kasihan dengan dosenku. Meskipun beliau sudah menggunakan microphone tapi tetap saja kalah banter dengan suara dari acara sebelah. Konsentrasi mahasiswapun buyar seketika.
Seandainya telinga kami punya filter yang bisa menyaring suara mana yang boleh menyentuh gendang telinga kami, pasti kami hanya mengizinkan suara merdu nan penuh dengan ilmu dari dosen kami. Tapi sayangnya kami tak punya alat seperti itu. Semua suara yang ada bebas menerobos telinga kami. Suara MC, suara music, genderang, suara tepuk tangan, teriakan termasuk juga suara dosen kami. Tapi sayang seribu sayang suara dosen kami tidak cukup kuat ntuk menandingi riuhnya acara lembaga mahasiswa dibelakang.

Ternyata sama saja


                                                                                           
Seperti sore kemarin, hujan mengguyur seantero Unnes. Termasuk juga kos-kosanku. Berbeda dengan kemarin kos memang sepi tidak ada orang, karena ada konser Ungu. Jadi maklum aja kalo jemuran basah tidak ada yang ngangkatin, yak arena posisinya tidak ada orang di kos. Namun sore ini, hal yang sedikit menusuk ulu hati. Sepele memang tapi ya radak menyakitkan. Masalah jemuran yang nggak diangkatin padahal ada beberapa orang dikos. Memang aku tidak berpesan kepada mereka melainkan kepada anggota kos yang lain, tapi setidaknya karena mereka yang berada dikos mbok iya ngangkatin jemuranku.
Di sini aku tidak mempermasalahkan soal jemuran yang kehujanan. Kalau sudah terlanjur ya sudah mau diapain lagi. Iya kan? Yang aku pertanyakan itu kepekaan antar penghuni kos. Dulu waaktu kami bertiga memutuskan mengintrak salah satu alasannya supaya timbul rasa kekeluargaan yang biasanya tidak ditemukan di kos pada umumnya yang cenderung individualis. Urusanku ya urusanku, urusanmu ya urus sendiri. Kurang lebih seperti itu. Tapi di sini berbeda, sengaja memilih rumah yang settingnya mirip dengan rumah pada umumnya supaya rasa kekeluargaan ada. Perihal makan dan urusan pribadi memang tanggungan masing-masing, namun yang lainnya kita bersama, layaknya sebuah keluarga.
Memang sulit enciptakan suasana kekeluargaan dari beberapa orang yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Berbagai macam watak manusia tinggal di bawah atap yang sama. Jangankan jemuran kadang piring kotorpun yang sudah menjamur berminggu-minggu karena mungkin yang menggunakan itu lupa sedangkan yang lain karena mera itu bukan dia yang menggunakan jadi ya sudah dibiarkan saja. Hemmmmm……
Ini yang terjadi di kontrakan yang setnya keluarga terus bagaimana di kos umum yang individualisme tinggi? Apakah kalau ada pakaian dalam di tengah pintu utama barangkali akan dibiarkan saja, karena merasa itu bukan miliknnya? Atau memang budaya peka itu memang sudah nggak ada?  Atau yang lebih parahnya mereka merasa ngekos sendirian jadi bisa seenaknya berpolah tingkah di kos, termasuk membiarkan hujan turun membasahi baju temannya?
Sudahlah, terlalu berlebihan jika aku teruskan cerita ini. Toh ini hanya perihal jemuran yang kehujanan. Tunggu sehari lagi pasti sudah kering kembali.
H-20 pelajaran yang bisa diambil adalah belajar peka, sabar dan menahan emosi.

Rabu, 16 November 2011
@kontrakan
3:15 p.m

Nonton Ungu di H-21 bareng Dik Derek


Sore itu, bersama adikku Derek, nonton konser music yang bintang tamunya Ungu. Ungu membius berhasil membius penonton yang sedari tadi setia menunggu mereka, meskipun hujan sempat mengguyur lapangan FIK. Biarpun becek, kotor dan penuh lumpur tapi tidak mengurangi meriahnya “Pentas Inagurasi Unnes”.
Irama music yang mendayu-dayu namun tetep touching  dibawakan oleh punggawa Ungu disertai dengan suara merdu dari sang vokalis menjadikan mahasiswa yang menonton melupakan sejenak tugas-tugas kuliahnya. Di sana, di lapangan FIK mahasiswa dari seluruh fakultas berkupul. Tak ada diskusi, tak ada perang argument yang ada malah paduan suara. Iya mereka seolah dikomandoi oleh Pasya untuk menemaninya bernyanyi bersama.
Akupun turut larut dalam melodi-melodi indah itu. Hahaha, tak sadar tangan, kaki dan badan ikut bergoyang mengikuti hentakan music yang halus namun ngena banget. Mulutpun tak ketinggalan berusaha menyanyikan lirik-lirik lagu Ungu, meskipun yang terucap hanya “nananan” atau “lalalala” karena tidak terlalu hapal. Heheheh…
Ditemani dengan adikku, aku menikmati acara yang berlangsung kurang lebih 2 jam ini. Setelah acara selesai semua penonton berjalan menuju tempat parker dan kembali ke asalnya.
Inti dari acara ini, aku jadi semakin dekat dengan adikku. Perlu digarisbawahi Derek itu adikku bukan pacarku. Hehehe…
Lalu setelah semua keriuhan selesai, mulailah kembali kekodratnya sebagai mahasiswa yang berjibaku dengan sederet tugas yang mengantri untuk dikerjakan. Di meja kamar kosku ada sebuah buku cerita rakyat bahan kajianku setebal 1111 halaman yang aku pinjam dari perpustakaan Unnes. Tidak tahu kapan aku selesai membacanya, yang jelas aku harus mampu melahap dan mencernanya menjadi sebuah kajian yang ilmiah. Modalku hanya satu yaitu membaca. Hemmmmm,,,,
Selain itu tugas dari salah satu mata kuliah yang mengharuskan aku datang ke konser Ungu tadi dan membuat laporan bagaimana sebuah music bisa mempengaruhi kejiawaan seseorang. Tentu saja bisa. Kalau diperhatikan orang-orang yang menonton music tadi seola-olah dihipnotis, apapun yang diucapkan oleh sang vokalis semua diikuti. Seperti, mengangkat tangan, tepuk tangan, bernyanyi bersama, lompat-lompat dan lain sebagainya. Pokoknya itulah, terlalu panjang jika ditulis di sini.
Udah ah, nglanjutin baca lagi yak……

15 November 2011
20:22
@kontrakan

Selasa, 08 November 2011

Sabtu, 5 November 2011



Sabtu, 5 November 2011. Penyakit yang tiga tahun tidak terdengar kabarnya, tiba-tiba datang tanpa permisi. Justru dia datang ketika aku jauh dari rumah. Ketika teman-teman kos sudah pada pulang ke kampong halaman (karena besoknya idul adha) dan ketika teman satu-satunya yang di kos juga sedang sakit.
Rasa sakit diperut yang sungguh tak tertahan itu membuatku hampir tak sadarkan diri. Berjalanpun aku tak mampu. Hanya bisa meracau “sakit, sakit , sakit”. Dengan dibopong oleh tetangga kontrakan aku dibawa ke mobil dan diantar ke sebuah klinik. Di sana aku ditemani oleh sahabatku, yang sebetulnya dia juga sakit.
Saat ku mulutku berkata “sudah tidak kuat” dia memeluku erat dan membisikkan “nikken kuat, nikken pasti kuat sebentar lagi nyampe”. Akupun sedikit tenak meskipun perutku semakin sakit.
Dokter dan suster yang ada di klinik tak mampu berbuat banyak. Infuse memang telah dipasang, obat penghilang rasa sakit sudah tiga kali disuntikkan namun hasilnya nihil. Seluruh isi perut rasanya sudah aku keluarkan sejak pagi. Terhitung aku muntah sudah lima kali. Ayahku datang bersama adikku. Terlihat wajah yang semakin menua itu panic, adikku juga panic meskipun dalam keseharian kami seolah tidak saling memperdulikan.
Melihat kondisiku yag tak kunjung membaik, Ayahku memutuskan untuk membawaku ke Rumah Sakit. Jarak klinik itu ke rumah sakit tidaklah jauh. Tapi jika ditempuh dengan kondisi menahan rasa sakit jarak itu seolah-olah menjadi 10 kali lipat. Lama sekali.

Selasa, 01 November 2011

Tak bisa setia

Perhatikan mahasiswa semester 5 minggu ini, khususnya mahasiswa jurusan Bahasa Jawa. Merkea tampak lesu, sering ngantuk di dalam kelas dan jika diperhatikan lebih dekat kebanyakan dari mereka mempunyai garis hitam di mata. Akhir-akhir ini tugas datang bagai hujaman peluru saat kerusuhan di Palestina. Meskipun sudah memakai baju anti peluru tiga lapis, kalau peluru itu tidak henti-henti ya tetep aja tembus. Pakai tameng besipun lama-kelamaan akan berlubag juga. hehehehhe......

Ditambah dengan UTS yang minggu ini, jadi otak mereka dipaksa untuk berpoligami. sebagian mengerjakan tugas dan sebagian belajar untuk UTS. Beda cerita lagi kalau mahasiswa aktivis. Masa-masa seperti ini kegiatan di UKM lagi padat-padatnya. Bukan dipaksa poligami lagi bahkan dipaksa menyeleweng untuk mempersiapkan kegiatan. Terus ada lagi, kalau mahasiswa itu hobi cerita di blog, sepadat apapun jadwal kegiatannya, sebanyak apapun tugasnya dia tetep bisa selingkuh dengan blognya. hehehhe....

Pada intinya, tetaplah semangat kawan-kawan. Meski tugas menghujam, UTS menghadang, kegiatan di depan mata dan blog menggoda. Yakinlah kita pasti bisa melewati ini semua dan sukses pasti akan ada di tangan kita....

Udah ya, maw nyelesein RPP dulu...
hehehhe
@ B8 lantai 3