Baru terasa pagi ini, badan
pegel-pegel semua. Setelah kemarin bersama temanku Septi menempuh perjalanan
panjang nan menantang. Dalam rangka memenuhi tugas kuliah, kami harus menuju ke
sebuah sekolah yang tempatnya tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kami hanya
tahu daerah Banyu Biru Ambarawa.
Perjalanan berawal dari jam 11
siang. Belajar dari kesalahan kemarin saat observasi di Demak, kali ini kami
berpakaian khas mahasiswa PPL. Berdua kami berboncengan di atas motor Mio. Langit
memang tak begitu cerah, dan apa yang kami khawatirkan terjadi. Hujan. Terpaksa
kami berteduh di depan Alfa Mart. Setengah jam kemudian hujan mereda,
meninggalkan setitik gerimis nan indah. Kami memutuskan melanjutkan perjalanan.
Berlomba dengan mobil-mobil dan truk-truk besar di pantura kami menerobos
gerimis. Baru 5 menit kami berjalan titik air gerimis menjadi besar dan semakin
besar. Hujan lagi. Di depan sebuah toko kelontong kuning kami berteduh. Hemmmm,
derita karena tak membawa jas hujan.
Setelah dipastikan benar-benar reda, kami melanjutkan perjalanan. Di beri
petunjuk oleh Mas Jito -orang yang ingin kami temui- melewati jalan alternative
yang sebetulnya sedikit membuat kami bingung. Bertanya di setiap jalan
memastikan kami tidak kesasar.
Awalnya jalan yang kami lalui
jalan raya biasa yang masih ramai dengan pemukiman dan orang lalu lalang.
Sampai pada akhirnya kami masuk sebuah desa Wanakrama –kalo tidak salah namanya
itu- jalan menanjak dan rusak itulah yang kami lalui. Permulaannya memang masih
banyak rumah-rumah warga namun semakin ke atas semakin jarang rumah dan sepi
dari lalu lalang warga. Ditambah dengan hujan dan kabut yang turun secara
perlahan membatasi jangkauanpandangan kami.
Sampai dipersimpangan, tanpa
orang dan jauh dari pemukiman, kami bingung harus ke kiri atau ke kakan.
Untungnya ada orang yang tujuannya hamper sama yang menunjukkan jalan menuju
SMP 3 Wonokromo. Kami kira sudah dekat, ternyata masih lumayan jauh. Jalan
berliku, menanjak dan rusak embuat Septi hampir menangis. Aku yang di
belakangnya hanya bisa memberi semangat. “Ayo Septi, kamu bisa!!!”
Pukul 13.00 kami sampai tujuan,
tangis haru meluber dari mata Septi. Tak kuasa membendung perasaan bahagia
sampai juga di tujuan. Horeee!!!!!! Sampai juga….
Alhamudlillah…