Jumat tanggal 13. Menurut kebudayaan
orang barat hari ini adalah hari yang penuh kesialan. Seperti kamu tahu lah,
mereka menganggap hari Jumat adalah hari keramat sedangkan angka 13 adalah
angka sial. Makanya di gedung-gedung jarang ada lantai 13, bahkan jika dalam
nomor urut mereka enggan mengikutkan angka tersebut. Heran deh apa sih salah tu
angka sampai dikucilkan sampai sedemikian hingga.
Fase pertama, terjadi pada saat sepertiga waktu ujian yang pertama.
Perpaduan antara keduanya, yaitu
Hari Jumat yang bertepatan dengan tanggal 13, seperti hari ini. Coba cek
kalender masing-masing, sekarang hari Jumat 13 Maret 2015. Hari ini adalah hari
yang sangat mencekam menurut versi orang barat. Mereka percaya bahwa akan
banyak hantu-hantu bergentayangan ke sana ke mari dan kesialan-kesialan akan
terjadi hari ini. Makanya dalam sehari ini mereka akan diliputi rasa parno,
bagi yang mempercayainya. Kalau nggak percaya ya, santai-santai saja.
Udah ah, ngomongin hari Jumatnya.
Topik hari ini masih ada
hubungannya dengan postingan yang sebelumnya. Judulnya aja Nunggu (Part II)
masih dalam situasi menunggui speserta didik mengikuti Penjajagan Ujian Nasional
(PUN) yang ketiga. Mata pelajaran yang dijajakan pagi ini adalah Bahasa
Inggris. Termasuk mata pelajaran yang cukup disegani oleh siswa. Tanpa alfa
link tanpa kamus entah mereka bisa mengerjakannya dengan benar atau hanya
dengan prisnsip kedengarannya enak yang mana itu jawabannya. Hehehehe, itu sih
prinsipku dulu waktu ngerjain Tes bahasa Inggris.
Sedikit cerita ya…
Jadi dari dulu aku memang nggak
terlalu pandai dalam pelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Inggris. Perbendaharaan
kosa kata juga jauh di bawah teman-teman. Apa lagi, as you know di bahasa
Inggris ada aturan-aturan pembentukan kalimat menurut waktunya bahkan itu ada
16 pola. Semakin sempurna deh membuat pusing pala barby. Nah, dalam soal kadang
kita di suruh untuk melengkapi kalimat rumpang entah itu dengan to be-nya, kata
kerjanya, atau apalah-apalah yang jelas disesuaikan dengan konteks apakah itu
bentuknya present, past atau future. Entah dapat ilham dari mana? Teori ini
selalu aku gunain, dan ajaibnya lebih sering bener. Ya, itu tadi kedengarannya
enak mana? Jadi di setiap pilihan aku coba masukkan ke titik-titik, aku baca
berkali-kali, aku rasakan dengan seksama, kira-kira enak mana ya kedengarannya?
Untuk memastikan kadang aku mengulang treatment ini sampai tiga kali. Kalau udah
yakin ya asal di silang aja di lembar jawab. Tapi aku nggak nganjurin kalian
untuk melakukan ini ya, butuh kemampuan khusus untuk melakukannya.
Oh iya, kemarin kan aku udah
janji bakal nulis 3 fase Ujian dari sisi pengawas. Bakal aku beberin nih
semuanya. Tapi jangan diketawain ya…. Janji!!!
Fase pertama, terjadi pada saat sepertiga waktu ujian yang pertama.
Masih ingat dong, dalam fase ini
siswanya gimana? Yups betul banget kalau siswanya masih tenang dan khusuk
dengan pekerjaan masing-masing. Pengawasnya juga nggak kalah sibuknya, sibuk
nulis daftar berita acara dan mengedarkan daftar hadir. Setelah itu mereka
(karena biasanya lebih dari satu orang) coba memperhatikan peserta ujian di
depannya yang tentu saja khusuk mengerjakan ujian. Belum ada pembicaraan antara
kedua pengawas tersebut. Hal ini bisa karena memang ingin fokus mengawasi
peserta atau memang belum ada bahan untuk membuka obrolan.
Fase kedua, terjadi saat sepertiga
waktu ujian yang kedua.
Pada fase ini siswa sudah mulai
gelisah, iya kan? mulai mencoba mengirimkan sinyal SOS kepada teman di
sekeliling dan sialnya di balas dengan sinyal SOS yang sama. Intinya mulai
nggak tenang mereka. Ketidaktenangan ini juga dirasakan oleh pengawas. Pada fase
ini biasanya pengawas mulai menguap, mulai mengucek mata, jika satu sama lain
antar pengawas tidak sengaja melakukan hal yang sama dan kemudian saling
berpandangan… *cieeee……. Biasanya saling tersenyum dan kemudian ngobrol deh. Akhirnya
ada juga bahan obrolan. Sedikit banyak bisa mengobati rasa bosan di ruang
ujian. Kalau pengawas sudah ngobrol di saat itulah peserta ujian merasa senang.
Fase ketiga, terjadi saat
sepertiga waktu ujian yang terakhir.
Kelas semakin lama semakin tidak
kondusif. Antar peserta saling melemparkan bahasa isyarat, entah itu dengan
bahasa tangan atau bahasa bibir. Jujur saat itu mereka tampak begitu lucu,
bahkan ketika isyaratnya tak direspon oleh kawannya mereka kesal dan berteriak,
berteriaknya pun hanya dengan bahasa bibir. Hahaha, lucu sekali. Itulah sebetulnya
yang menjadi hiburan bagi pengawas. Semakin lama situasi kelas semakin beringas
atau tak terkendali. Peserta ujian semakin ramai mendekati waktu ujian yang
tinggal beberapa menit lagi. Biasanya pengawas mulai berdiri dari singgasana
dan mulai berkeliling untuk menenangkan jika tidak mempan mulai dengan teguran
verbal yang pertama, jika mentok tetep rame harus ada tindakan. Gebrak meja dan
katakana DIAAAMMM!!! Yang sudah selesai silakan keluar. Jurus terakhir ini
biasanya sangat ampuh sehingga ruang ujian hening kembali. Hingga akhirnya bel
tanda selesai waktu mengerjakan ujian berkumandang.
ya, begitulah. Belum terlalu
mendetail sih, soalnya aku sendiri juga baru beberapa kali menjadi pengawas
ujian. Jadi belum paham betul. Nulis berita acara aja masih sering salah. Ups!!
Oke deh, terimakasih kepada kamu
yang udah rela menyempatkan waktu membaca postingan-postingan nggak jelasku
ini. Jangan kapok baca ya, inshaa Allah bakal rutin postingannya.
Jangan lupa klik button “Join this Site” dengan begitu kamu nggak akan ketinggalan tulisan-tulisan aku yang lainnya.
Sampai jumpa di postingan
selanjutnya. Caw!!!