Memandang ke depan memang sebuah keharusan, namun ada kalanya kita perlu untuk menundukkan kepala dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan |
Bulan malam ini seperti potongan semangka segar, cahaya temaram mengintip dari balik jendela. Manis sekali.
Hemmm (tarik nafas panjang)!!!
Setelah kemarin beberapa bulan bergelut dengan tugas akhir
(baca skripsi) sampai-sampai tidak sempat mencorat-coret blog. Nah, mumpung
sekarang udah ada waktu luang nieh nggak ada salahnya kan sedikit
sharing-sharing perihal apapun.
“gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut diseberang
terlihat”
Itulah salah satu peribahasa yang diajarkan guru SD dulu. Aku
masih ingat betul peribahasa yang artinya mencari-cari kesalahan orang lain
sedangkan kesalahan sendiri tidak dihiraukan. Ya kurang lebih seperti itulah,
kalau meleset paling juga sedikit. Hehehehe. Pada dasarnya peribahasa tersebut
mengajarkan supaya kita selalu intropeksi diri.
Kadang untuk melihat kesalahan sendiri susahnya luar biasa,
atau bukan susah sieh, Cuma nggak ada aja kemauan untuk mengevaluasi diri
sendiri. Tapi, kalau sudah ngomongin kesalahan orang lain lancarnya luar biasa,
kaya batang pinang berlumur oli. Ya barangkali udah menjadi kebiasaan kali ya
ngomongin orang, mending kalau yang diomongin tentang prestasinya. Sayangnya
yang lebih sering dipakai untuk bahan pergunjingan adalah kesalahan dan
kejelekan orang lain. Bisa dilihat sie dari acara TV, hampir semua stasiun TV
punya acara gosip tiap harinya. Bahkan ada yang menanyangkan sampai 3 kali sehari,
pagi, siang dan sore. Tayangan-tanyangan tersebut seakan kalau sah-sah saja
membicarakan kesalahan orang lain.
Yach, begitu juga dengan aku saat ini. Kalau dipikir-pikir
selama ini aku belum bertindak dewasa. Childist kalau kata orang. Hemmm,
padahal ya kalau umur udah nggak bisa dibilang remaja lagi. Tapi belum tua
ya.... dari lubuk hati yang paling dalam pengen banget bisa berubah menjadi
sosok yang lebih tenang, lebih ramah, ya pokoknya lebih berpikir panjang lah. Nggak
seperti sekarang yang “grusa-grusu”, kekanak-kanakan, dan beberapa sifat jelek
lainnya.
Untuk mengubah sifat seseorang, bukan perkara yang mudah,
semudah mengedipkan mata. Perlu proses dan waktu serta niat sekokoh baja. Meskipun
sulit tapi bukan berarti tidak mungkinkan? Asal ada niat dan konsisten untuk
berubah nggak ada yang mustahil kita bisa menjadi sosok yang lebih baik.
Ayo, mulai sekarang kita sering-sering intropeksi diri,
supaya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.
See? Let’s do it!!!