Calon Penulis dan Penulis

“….nanti pulang dari sini kalo Nikken nulis pasti tulisannya jelek, gue jamin itu. Lalu kapan tulisannya bakal bagus? Kalau dia mau memperbaiki yang kurang bagus, mengedit yang kurang sesuai sehingga menjadi tulisan yang bagus….-RD”

Semangat Berani

"Lebih baik salah dari pada selamanya tidak tahu salah atau benar" -Jomblo

My Inpiration

"Imagine all the wonderful things that will never happen if you do not do them" -Up

Nikken Derek Saputri dan Derek Samtidar

"Akhir sebuah perjalanan merupakan awal dari perjalanan baru" -Wisuda Unnes Periode II tahun 2013

Bersama berbagi tawa canda

"Sahabat adalah keluarga yang kita pilih sendiri"

Sabtu, 31 Januari 2015

Biasanya Aku

Beberapa minggu ini memang belum ada sesuatu yang baru di blogku. Yah, itu karena lagi konsen aja sama pekerjaan. Tahu sendiri lah sekarang tuntutan pekerjaan gimana sih? Itu alasannya. Alasan sebenernya adalah memang lagi nggak ada ide aja. Ups!


Bahkan hingga aku menulis postingan satu ini belum ad aide terbelsit dalam benak, yang ada hanyalah “Batagor, mana batagor”. Laper. Huft! 


Jadi daripada blogku keburu ditumbuhi sarang laba-laba, dan ditinggali makhluk-makhluk yang tidak diinginkan aku lanjutin artikel ini. Oke deh, kali ini aku bakal nyeritain rutinitasku sehari-hari. Aku yakin kamu juga nggak bakal tertarik, karena sehari-hari yang aku lakuin sama aja kayak orang pada umumnya. Bisa dibilang sih terlalu biasa. Biasa banget malahan. Nah, biar kamu nggak penasaran seberapa biasanya sih keseharianku? Silakan lanjutin membacanya. 


Aktivitas dimulai ketika aku mendengar teriakan sayang dari ibuku. Kamu tahulah, gimana? Yang masih tinggal dengan orang tua mestinya paham. Aku membuka mata, hal yang pertama kali aku lakukan sama seperti orang-orang lain lakukan yaitu ngecek handphone. Ngecek apakah ada balesan BBM yang sejak semalaman aku tungguin. Ternyata hanya di "R". Agghhhttt!!!! Kalau sudah begitu biasanya aku tidur kembali sampai teriakan sayang dari ibu terdengar lagi. Saat itulah aku sudah benar-benar bangun. tapi tetep nyawanya belum terkumpul seutuhnya.


Dari kamar, beranjak ke kamar mandi. Perlu usaha ekstra tentusaja untuk menemukan handuk dan alat-alat mandi lainnya karena pada kondisi ini mataku masih rabun. Untuk sampai ke kamar mandi pun harus melalui peristiwa kejedod lemari dan kesandung panci terlebih dahulu. Hummmm, begitu malangnya nasibku.


Keluar dari kamar mandi, biasanya udah dalam keadaan batrey full. Selama ini kamar mandi seperti tempat recharging. Sebelum masuk loyonya nggak ketulungan, ketika sudah keluar segar, bugar, dan penuh semangat. Meskipun nggak bisa dibohongin mata masih sayu karena sisa kantuk kadang lupa aku sabun. Loh! 


Membuka lemari melihat koleksi baju, yang sebenarnya masih itu-itu aja sih, kemudian sok-sokan melihat ke atas membayangkan paduan warna baju apa yang pas untuk hari ini ya? Hemmmm… tapi karena biasanya hal ini memakan waktu lama langsung aja deh ambil sedapatnya. Jadi ya untung-untungan gitu. Syukur kalau pas, kalau enggak ya asal pede aja insyaAllah tetep enak dilihat.


Setelah semua beres dan sudah sarapan tentunya, waktunya mengeluarkan Vera Si Matic cantik walau kadang terlihat belepotan. Dia lah, teman setia yang selalu aku curhati sepanjang perjalanan menuju sekolah. Curhatnya bisa tentang apa aja, bisa beban kerjaan, hari ini mau ngapain aja, bahkan sampai ke hal-hal pribadi seperti gebetan yang hanya nge-R pesan BBM. Kami sangat dekat, karena udah lama akhirnya kami memutuskan untuk jadian. Lhoh! Lhoh! Lhoh!


Sampai di sekolah, markirin motor lalu berjalan menuju bangkuku. Menunggu sebentar sambil sesekali bercengkrama dengan teman. Biasanya tidak lama setelah itu bel berbunyi. Oke, saatnya mengajar. Lho? Kok mengajar? Iya mengajar, aku kan guru. Nggak usah bingung ya? Kok bisa-bisanya seorang guru bisa punya blog aneh kaya gini. Kapan-kapan aku bahas lebih lengkap dalam sebuah postingan tersendiri. Hingar bingar kehidupan di sekolah berakhir ketika pukul 13.00 WIB saat itulah semua anak berusa secepat mungkin meninggalkan sekolah. Kalau dilihat dari atas mungkin seperti kerumunan burung yang kaget mendengar suara tembakan. Sekejap sekolah sepi, saat inilah waktu yang tepat untuk pulang. Bersama Si Vera lagi menyusuri jalanan Kota Semarang menuju Demak. Kurang lebih membutuhkan waktu sejam sampai di rumah. Sepanjang perjalanan nggak banyak yang aku lakuin selain ngegas, ngerem, nglakson dan sesekali marah-marah ke pengendara lain yang ngerem mendadak atau mobil yang seenaknya aja nyalip nggak aturan. 


Di rumah, biasanya sampai jam 3 lebih. Sore hari aku habisin dengan tidur (kalo sempet). Istirahatlah ya, setelah perjalanan yang lumayan jauh. Setelah magrib biasanya akan datang segerombolan anak SD pecandu sinetron ke rumah, tujuannya adalah belajar. Teorinya seperti itu. Praktiknya, iya betul memang mereka belajar, tapi belajar menjadi manusia harimau, manusia srigala, vampire dan jadi Wak Wao, Haaaaa???? Mereka akan semakin sulit diatur ketika salah seorang dari mereka ada yang kesurupan Harimau sehingga dia akan mengaum, kemudian dibalas dengan lolongan Srigala dari anak yang kesurupan srigala, trus Si Vampir yang berduet dengan Wak Wow bernyanyi “Darah Suci, darah suci, di mana….. di mana????” saat itulah aku mengucap salam, ‘Wassalamualaikum!!!’ tiga detik kemudian mereka menghilang. Ajaib!


Rumah kembali kondusif saatnya menyiapkan materi untuk besok. Buka laptop, tancap modem browsing. Biasanya sih nggak lama, yang lama itu kalo udah keasikan chatting, keasikan mention-mentionan, dan keasikan stalking profil mantan. Ehh!!!


Capek berselancar di dunia maya saatnya kembali ke dunia nyata dan beristirahat. Beristirahat untuk mempersiapkan tubuh supaya siap menghadapi tantangan diesok hari.


Ya, begitulah keseharianku. Biasa banget kan? by the way terimakasih buat kamu yang udah baca postinganku kali ini sampai selesai. Aku yakin kamu sekuat tenaga menahan mual dan mohon maaf jika ternyata menimbulkan amnesia dan penurunan tingkat kecerdasan. Hahaha, aku becanda becanda. Oke lah terimakasih dan sampai jumpa di postingan berikutnya. Semoga nggak terlalu lama.

Jumat, 09 Januari 2015

Dari Sekolah Hingga Dapur

Pengalaman-pengalaman yang aku alami tiap harinya pada dasarnya sama seperti dengan orang kebanyakan. Diawali dengan bangun pagi, mandi, siap-siap kekantor, kerja, pulang, istirahat, nonton TV sampai akhirnya tidur. Begitu tiap harinya.

Nah, kan sama. Terus ngapain kamu masih baca blog ini?

PLAAAKKK!!!

Aduhhhh!!! Iya iya, becanda aku Cuma becanda. Makasih banget ya yang udah baca. Yuk lanjut…
Emang sih hal-hal yang aku alami kurang lebih sama seperti yang dialami orang kebanyakan. Tapi bedanya aku tuangkan semua itu pada blog. Hal yang nggak semua orang lakuin. Kamu pengen tahu seberapa biasanya hari-hariku. Let’s check it out!!!

Foto aja masih Alay, mau jadi Wakil Kepala Sekolah
To day….(sok-sokan pake bahasa Inggris) aku awali dengan bangun tidur, mandi, sarapan, terus ke kantor deh. Kantorku adalah sekolahan, jadi sedikit informasi nih bagi kamu yang belum tahu profesiku, aku adalah guru Bahasa Jawa di salah satu SMP dekat dengan rumah. Selain itu aku juga dipercaya untuk menjadi wali kelas. Iya wali kelas. Entah dasarnya apa sehingga ibu kepala memasrahkan 16 siswa tak berdosa kepadaku, yang notabene belum punya pengalaman apa-apa. Secara, ini adalah tahun pertama aku mengajar. Tapi tenang, nggak sampai kok kalo aku menjerumuskan mereka ke jurang. Soalnya nggak ada jurang di sekitar sekolahan.


Minggu ini adalah awal semester baru. Setelah kemarin liburan saatlah kini kembali ke kehidupan nyata (emang kemarin nggak nyata) maksudnya kerutinitas sehari-hari. Awal masuk banyak yang berbeda dari siswa-siswiku. Muka merah cerah dan sumringah. Mungkin karena sudah terlalu kangen dengan wali kelasnya kali ya, jadi pengen ngejorokin dari lantai dua. Haha, enggak… ya, namanya juga habis liburan ya mereka senenglah, kecuali yang nggak pulang dari pondok. Selama dua minggu tetap di pondok, setor hapalan, belajar agama dan paling ya main comberan. Yang terakhir hanya fiktif.

Pertama kali pelajaran, bakal nggak bijak kalau langsung menyampaikan materi. Cukup dengan cerita-cerita pengalaman pas liburan aja. Ada yang cerita main ke pantai nonton konser. Keren nie anak, biasanya ngaji mulu pas liburan nontonnya konser, music metal pula. TOPlah. Saking antusiasnya konser mulai jam 8 malam dia udah stanbay di pinggir panggung jam 2 siang. Heh tong! Elu mau ngapain? Buka lapak asesoris? Hahahaha, salah satu pengalaman liburan yang fantastis.

Ada lagi nih, menghabiskan masa libur dengan menjelajah alam liar (baca:kali belakang rumah). Bersama teman-temannya Tomi (muridku bukan nama sebenarnya) memustuskan untuk mengadakan kegiatan susur sungai. Tujuannya untuk mencari tantangan sekaligus mencari ikan. Mata dipasang mode awas dengan tingkat kesensitivan tinggi atas pergerakan. Ada pergerakan sedikit dia langsung tahu, apakah itu ikan atau yang lainnya. Beberapa menit mengamati, ternyata sensor menangkap ada sebuah pergerakan. Agak lambat sih, nggak seperti ikan pada umumnya. Bentuknya agak besar. Wah, ini pasti ikan lele yang kekenyangan. Pelan-pelan dia mendekati. Pelaaaannnnn sekali, sampai ketika sudah dekat Haaap!!!! Tertangkaplah sebuah “Celana Dalam Bekas” entah milik siapa.

Aku curiga sensor yang ada di mata mereka sedang rusak. Membedakan ikan dan segumpal celana dalam aja nggak bisa. Hemmmmmm.

Waktu berlalu dan jam pelajaran usai. Ok I have finish.

Lanjut Rapat Dewan Guru. Sementara siswanya ditinggal dulu ya, biarlah mereka berfantasi dengan khayalannya lagi. Sebagai Guru yang masih belia, di dalam rapat tidak banyak yang aku lakukan. Mendengarkan kalau ada yang bicara, ikut tertawa kalau semua pada tertawa, menjawab “Siap” jika ditugaskan sesuatu. Termasuk ketika ditugaskan menjadi Wakil Kepala Sekolah urusan Kurikulum.

Hah!!! Waka Kurikulum? Bentar-bentar nggak seharusnya nih aku bilang siap. Selama enam bulan terakhir menjadi wali kelas saja anak-anak banyak yang terlantar, nggak karuan kena cacar, busung lapar, ada yang congekan daaaannnnnnn yang paling parah nyemplung comberan. Lalu sekarang harus bertanggung jawab dengan system pendidikan mereka. Oh, Tuhan demi apapun aku nggak mau menjerumuskan mereka lebih dalam.

Yang nggak habis pikir, kok ya bisa-bisanya ibu Kepala Sekolah memasrahkan posisi yang begitu pentingnya kepada aku. Jelas pilihan yang salah sih. Mudeng kurikulum aja belum, tahu cara bikin jadwal aja nggak, bahkan untuk ngajar biar keliatan keren di depan murid, semalaman aku latihan. Kalau gini pengen langsung terjun ke lantai satu dan ngibrit ke rumah, masuk kamar, selimutan dan bobok siang.

PLAAAKKK!!!

Nggak ding, Cuma menghela nafas dan meyakinkan diri aku pasti bisa mengemban tugas penting ini. Demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta membangun masyarakat, menepati Dasa Darma. Lhoh!

Nah, itu kan di sekolah. Udah deh sejenak kita lupakan persoalan di sekolah. Sekarang di rumah.
Entah dari mana inspirasinya aku pengen banget masak sesuatu. Pilihan masakan jatuh pada Fuyunghai sebuah makanan China (katanya) yang bentuk aslinya saja aku belum pernah merasakan. Terus untuk tahu itu rasanya udah bener atau nggak dari mana coba?  What ever lah itu dipikirkan nanti lagi.

Dengan semangat coba-coba yang sangat tinggi aku lancarkan rencana untuk memasak Fuyunghai. Resep aku cari di internet. Ada banyak versi di sana, aku pilih yang paling simpiel dan bahan yang paling mudah aku dapat. Fiks dengan resepnya mulai mengumpulkan bahan-bahan. Mulai dari telur, tepung, kol, daging kornet, saus, kecoa, nyamuk, dan…. Hahaha itu bukan termasuk.

Langkah demi langkah aku ikuti. Ternyata nggak terlalu rumit. Aku rasa ini bakalan menjadi masakan paling enak sepanjang bulu hidung yang baru dicukur. Prose mask masih berlangsung, perlu perjuangan sangat keras karena ternyata minyak nggakbelum baikan sama air, jadi pas lagi menggoreng adonan cipratan-cipratannya luar biasa seperti kembang api yang salah meledak. Heboh banget. Semakin yakin kalo masakan ini rasanya tak akan mengecewakan.

Setelah setengah jam, aktivitas menggoreng dan membuat saus selesai. Aku menata hasil gorengan di atas piring lalu aku siram dengan sausnya. Jadilah Fuyunghai alakadarnya. Hemmmmm, sepertinya enak. Sekali lagi masih sepertinya. Jadi belum dipastikan nih beneran enak atau hanya sebatas mitos saja.

Fuyunghai bikin fuyeng nih
Saatnya yang paling menegangkan. Mencicipi. Suapan pertama ada yang aneh, tapi aku tetap menguyah dan berhasil menelannya. Suapan kedua, tetap berasa aneh aku nggak menghiraukan masih mengunyah dengan anggunnya. Kunyah, kunyah, kunyah sampai pada akhirnya…. 

Hooooeeeekkkk!!!! Hoooooeeekkkk!!! Aku muntah.

Sepertinya nggak usah diperpanjang lagi kamu paling udah tau. Iya masakannku nggak enak. Sama sekali nggak enak. Jadi mual bahkan sampai muntah. Apa tadi yang aku masukin ke bahan-bahannya sampai seperti ini?

Satu hal yang membuat aku semakin yakin bahwa masakanku itu nggak enak adalah, saat kucing ikut-ikutan nggak mau makan. Oh, Tuhan!!! Seberapa nggak enaknya sih masakanku sampai kucing aja nggak doyan. Aku shock, depresi, nggak kuat dannnnn mau bobok aja.

Udah ah, dari pada sebel-sebel aku bobok aja…. Selamat malam ^_^

Minggu, 04 Januari 2015

Mantra Patronus Versiku

Harry dan Dementor (sumber radityadika.com)
Kalau kamu penggemar buku atau film “Harry Potter” pasti kenal dengan Dementor. Yups, Dementor adalah makhluk penghisap kebahagiaan yang membuat korban mereka berpikir tidak bisa bahagia lagi. Untuk mengusirnya satu-satunya cara adalah, Harry Potter harus mengeluarkan mantra yang bernama Patronus. Nah, untuk mengeluarkan mantra tersebut dengan baik, Harry harus mengingat tentang hal-hal yang ngebuat dia bahagia sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke Dementor.

Kamu pasti mikir, kok tiba-tiba aku jadi tahu tentang Harry Potter, malah sok-sokan ngejelasin Dementor dan mantra pemusnahnya. Iya, iya aku memang bukan penggemar Harry Potter. Hanya penikmat pasif filmnya saja. Sebatas menonton nggak lebih dari itu. Kalau aku dites tentang siapa nama sahabat-sahabatnya Harry aku juga nggak hapal.

Jadi, aku baru aja baca arsip lama di radityadika.com. Salah satu artikelnya itu tentang Dementor dan mantraPatronus. Di situ Bang Radit cerita kalau akhir-akhir ini banyak Dementor disekelilingnya yang membuatnya jadi malas dan ogah-ogahan ngelakuin apa aja. Lalu dilist deh hal-hal yang bisa membuatnya bahagia sebagai mantara Patronusnya untuk mengusir Dementornya tadi.

Saat ini aku merasakan hal yang sama. Aku merasa ada banyak Dementor disekelilingku. Mereka dengan lahap menghisap kebahagiaanku. Sumpah jahat banget. So, aku jadi sering nangis hari ini sampe-sampe mataku sembab. Kebanyakan nangis jadi pusing, akhirnya males buat ngapa-ngapain. Seperti bang Radit, rasanya aku perlu deh membuat daftar hal-hal yang menyenangkan untuk memperkuat mantra Patronusku. Biar Dementornya segera lenyap.

Nah, yang dibawah ini adalah mantra Patronus versiku:

  1. Kumpul bareng temen SMA, ngobrolin hal-hal yang nggak penting, dan saling ledek satu sama lain.
  2. Dibeliin es krim, apapun itu terutama Walls
  3. Minum susu coklat
  4. Latihan bareng anak-anak Siaga, yang selalu menyambutku dengan penuh gegap gempita dengan sapaan “Bunda!!!”
  5. Rapat dengan anak-anak DKC Demak, walau kadang juga sering adu argumen
  6. Menjadi pengisi ice breaking dalam suatu kegiatan
  7. Ada yang mengenaliku di tempat-tempat yang aku nggak nyangka bakal ada yang kenal
  8. Berbalas komen dengan orang yang aku suka, entah di FB, Twitter atau media social lainnya
  9. Di kamar sendirian sambil dengerin musik baca novel baru
  10. Tersesat di Gramedia keluar-keluar udah borong buku baru
  11. Bisa selfie sama adik sendiri
  12. Bersama kedua sahabatku, Yenni dan Hida entah apapun yang kami kerjakan
  13. Berangkat sekolah dan bertemu dengan murid-murid yang lucu
  14. Nonton film di youtube dengan memanfaatkan wifi sekolah
  15. Datang di talkshow Raditya Dika dan berkesempatan foto bareng
  16. Terbayang situasi di mana harus dorong motor yang mogok gara-gara banjir, pengalaman sedih sekaligus lucu
  17. Ngomentarin tema di radio lewat twitter, padahal nggak lagi dengerin pas ada kesempatan di On-Airin bingung mau ngomong apa
  18. Dan masih banyak lagi….

Ternyata banyak juga hal-hal yang dapat membuat aku bahagia. Ada yang bilang kehidupan manusia itu seperti roda, kadang di atas kadang juga di bawah. Yang penting bukan soal di mana posisi kita saat ini, tapi bagaimana kita menyikapinya.

Aku yakin, nggak selamanya aku terjebak di posisi seperti ini. Nggak selamanya juga akan terselimuti dengan kesedihan dan nasib buruk. Dengan tetap memikirkan kesedihan-kesedihan yang dialami malah akan semakin menenggelamkan lebih dalam lagi.

Secepat mungkin harus segera “mentas” dari situasi seperti ini. Bukan dengan mengayunkan tongkat sihir dan mengucapkan mantra Patronus, tapi cukup dengan mengingat hal-hal yang dapat membuat kita bahagia. Kemudian coba tersenyum kepada diri sendiri dan ucapkan “Saya bahagia”